Rokok Mentol paling Berisiko Stroke

MEROKOK sudah terbukti tak baik baik bagi kesehatan. Tapi tak banyak perokok yang berhenti sebelumnya akhirnya terkena penyakit yang disebabkan oleh rokok.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tembakau membunuh enam juta orang per tahun. Pusat Pemberantasan dan Pengawasan Penyakit Amerika juga mengatakan merokok menjadi penyebab 80 persen kematian akibat kanker paru-paru dan meningkatkan resiko penyakit jantung dan stroke.

Kini penelitian baru yang dilakukan ilmuwan Kanada, Nicholas Vozoris, menemukan mereka yang menghisap rokok mentol berisiko lebih besar terkena stroke dibandingkan dengan yang menghisap rokok biasa.

“Perokok tembakau mentol sekarang ini berisiko dua kali lebih besar terkena stroke. Kaitan ini tampak jelas terutama pada kaum perempuan dan warga yang bukan keturunan Afrika,” paparnya.

Vozoris adalah seorang dokter klinis di Rumah Sakit Saint Michael di Toronto dan penelitiannya menggunakan data lebih dari lima ribu perokok dalam sebuah jajak pendapat yang dilakukan pemerintah Amerika.

Penelitian itu mendapati, kalaupun ada, sedikit saja risiko tambahan bagi para pengguna rokok mentol bagi penyakit-penyakit lain, seperti tekanan darah tinggi, serangan jantung dan penyakit paru-paru yang dikenal sebagai COPD.

Vozoris mengatakan ilmuwan-ilmuwan lain telah mempelajari cara mentol berdampak pada tubuh. Mereka mendapati bahwa mentol meningkatkan jangka waktu penghisapan setiap rokok beracun ini. Tetapi, penelitian itu tidak menjelaskan mengapa mentol secara khusus menimbulkan risiko stroke.

Satu penjelasan yang mungkin diperoleh dari penelitian-penelitian terbaru di Turki mendapati bahwa baik rokok bermentol maupun rokok tidak bermentol mengurangi arus darah ke jantung. “Tetapi dalam arteri carotid, yaitu pembuluh darah yang menyediakan darah ke otak, rokok mentol secara negatif berdampak pada pembuluh darah dibanding rokok non-mentol,” paparnya lagi.

Vozoris mengatakan pokoknya tidak ada yang disebut “rokok yang baik”. Semua rokok buruk untuk kesehatan kita.  Tetapi, penelitian Nicholas Vozoris menunjukkan, setidaknya dalam beberapa bidang, sebagian lebih buruk dibanding dengan yang lain. Penelitian oleh Nicholas Vozoris ini diterbitkan di Archives of Internal Medicine.(Voa/BEY)

0 komentar: